1.
DEFINISI
Terapi intravena adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan cara
memasukkan cairan, elektrolit, obat intravena dan nutrisi parenteral ke dalam
tubuh melalui intravena. Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving
seperti pada kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu
keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman diperlukan pengetahuan dasar tentang keseimbangan cairan
dan elektrolit serta asam basa.
2.
MACAM –MACAM LARUTAN UNTUK TERAPI INTRAVENA
a. Cairan/larutan yang digunakan dalam terapi intravena berdasarkan
osmolalitasnya · 1. Isotonik
Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas sama atau mendekati
osmolalitas plasma. Cairan isotonik digunakan untuk mengganti volume ekstrasel,
misalnya kelebihan cairan setelah muntah yang berlangsung lama. Cairan ini akan
meningkatkan volume ekstraseluler. Satu liter cairan isotonik akan menambah
CES 1 liter. Tiga liter cairan isotonik
diperlukan untuk mengganti 1 liter darah yang hilang.
Contoh:
· NaCl 0,9 %
· Ringer Laktat
· Komponen-komponen darah (Alabumin 5 %, plasma)
· Dextrose 5 % dalam air (D5W)
Dextrose5 % dalam air (D5W)
Kegunaan :
Cairan ini digunakan untuk mengganti volume ekstrasel, misalnya kelebihan
cairan setelah muntah yang berlangsung lama.
Indikasi :
Sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta
untuk keperluan hidrasi selama dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan
oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin kurang dari 25 mg/100ml).
Kontraindikasi
: Hiperglikemia.
2. Hipotonik
Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih kecil daripada
osmolalitas plasma. Tujuan cairan hipotonik adalah untuk menggantikan cairan
seluler, dan menyediakan air bebas untuk ekskresi sampah tubuh. Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan
dilusi konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk ke dalam sel untuk
memperbaiki keseimbangan di intrasel dan ekstrasel, sel tersebut akan membesar
atau membengkak. Perpindahan cairan terjadi dari kompartemen intravaskuler ke
dalam sel. Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan risiko
peningkatan TIK. Pemberian cairan hipotonik yang berlebihan akan mengakibatkan:
1. Deplesi cairan
intravaskuler
2. Penurunan tekanan
darah
3. Edema seluler
4. Kerusakan sel
Karena larutan ini dapat menyebabkan komplikasi serius, klien harus
dipantau dengan teliti.
Contoh:
·
dextrose 2,5 %
dalam NaCl 0,45 %
·
NaCl 0,45 %
·
NaCl 0,2 %
3.
Hipertonik
Suatu cairan/larutan yang
memiliki osmolalitas lebih tinggi daripada osmolaritas plasma. Pemberian
larutan hipertonik yang cepat dapat menyebabkan kelebihan dalam sirkulasi dan
dehidrasi. Perpindahan cairan dari sel ke intravaskuler, sehingga menyebabkan
sel-selnya mengkerut. Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan
penyakit ginjal dan jantung serta pasien dengan dehidrasi.
Contoh:
·
D 5% dalam
saline 0,9 %
·
D 5 % dalam RL
·
Dextrose 10 % dalam
air
·
Dextrose 20 %
dalam air
b. Pembagian cairan/larutan berdasarkan tujuan penggunaannya:
1.
Nutrient solution
Berisi karbohidrat ( dekstrose, glukosa, levulosa) dan air. Air
untuk menyuplai kebutuhan air, sedangkan karbohidrat untuk kebutuhan kalori dan
energi. Larutan ini diindikasikan untuk pencegahan dehidrasi dan ketosis.
Contoh:
·
D5W
·
Dekstrose 5 %
dalam 0,45 % sodium chloride
2.
Electrolyte
solution
Berisi elekrolit, kation dan anion. Larutan ini sering digunakan
untuk larutan hidrasi, mencegah dehidrasi dan koreksi ketidakseimbangan cairan
dan elektrolit.
Contoh:
·
Normal Saline
(NS)
·
Larutan ringer
(sodium, Cl, potassium dan kalsium)
·
Ringer Laktat
/RL (sodium, Cl, Potassium, Kalsium dan laktat)
Normal Saline
Kegunaan :
Larutan ini sering digunakan untuk larutan hidrasi, mencegah
dehidrasi dan koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Indikasi :
a. Resusitasi
Pada
kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh darah bocor, diikuti oleh keluarnya
molekul protein besar ke kompartemen interstisial, diikuti air dan elektrolit
yang bergerak ke intertisial karena gradien osmosis. Plasma expander berguna
untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang pada intravaskuler.
b. Diare
Kondisi
diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak, cairan NaCl digunakan
untuk mengganti cairan yang hilang tersebut.
c. Luka Bakar
Manifestasi luka bakar adalah syok hipovolemik, dimana
terjadi kehilangan protein plasma atau cairan ekstraseluler dalam jumlah besar
dari permukaan tubuh yang terbakar. Untuk
mempertahankan cairan dan elektrolit dapat digunakan cairan NaCl, ringer
laktat, atau dekstrosa.
d. Gagal Ginjal Akut
Penurunan
fungsi ginjal akut mengakibatkan kegagalan ginjal menjaga homeostasis tubuh.
Keadaan ini juga meningkatkan metabolit nitrogen yaitu ureum dan kreatinin
serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemberian normal saline dan
glukosa menjaga cairan ekstra seluler dan elektrolit.
Kontraindikasi
:
Hipertonik
uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan pengawasan ketat pada
CHF, insufisiensi renal, hipertensi, edema perifer dan edema paru..
3.
Alkalizing
solution
Untuk menetralkan asidosis metabolik
Contoh : Ringer Laktat /RL
4.
Acidifying
solution
Untuk menetralkan alkalosis metabolik
Contoh :
·
Dekstrose 5 %
dalam NaCl 0,45 %
·
NaCl 0,9 %
5.
Blood volume
expanders
Digunakan untuk meningkatkan volume darah karena kehilangan
darah/plasma dalam jumlah besar. (misal: hemoragi, luka baker berat)
Contoh :
·
Dekstran
·
Plasma
·
Human Serum
Albumin
Dekstran
Komposisi :
dextran tersusun dari polimer glukosa hasil sintesis dari bakteri
Leuconostoc mesenteroides, yang ditumbuhkan pada media sukrosa.
Indikasi :
Penambah volume plasma pada kondisi trauma, syok sepsis, iskemia
miokard, iskemia cerebral, dan penyakit vaskuler perifer. Mempunyai
efek anti trombus, mekanismenya adalah dengan menurunkan viskositas darah, dan
menghambat agregasi platelet. Pada suatu penelitian dikemukakan bahwa
dextran-40 mempunyai efek anti trombus paling poten jika dibandingkan dengan
gelatin dan HES.
Kontraidikasi :
pasien dengan tanda-tanda kerusakan hemostatik (trombositopenia,
hipofibrinogenemia), tanda-tanda gagal jantung, gangguan ginjal dengan oliguria
atau anuria yang parah.
c. Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:
1.
Kristaloid
Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume
cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan
berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera.
Contoh: Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
Ringer-Laktat
Kegunaan:
keunggulan terpenting dari
larutan Ringer Laktat adalah komposisi elektrolit dan konsentrasinya yang
sangat serupa dengan yang dikandung cairan ekstraseluler. Natrium merupakan
kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik. Klorida
merupakan anion utama di plasma darah. Kalium merupakan kation terpenting di
intraseluler dan berfungsi untuk konduksi saraf dan otot. Elektrolit-elektrolit
ini dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik
termasuk syok perdarahan.
Indikasi :
mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan
syok hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan
hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam
laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob.
Kontraindikasi :
hipernatremia,
kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.
2.
Koloid
Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak
akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka
sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah.
Contoh: albumin, HES dan steroid.
Albumin
Komposisi :
Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis
adalah protein 69-kDa yang dimurnikan dari plasma manusia (cotoh: albumin 5%).
Kegunaan :
Albumin merupakan koloid alami dan lebih
menguntungkan karena : volume yang dibutuhkan lebih kecil, efek koagulopati
lebih rendah, resiko akumulasi di dalam jaringan pada penggunaan jangka lama
yang lebih kecil dibandingkan starches dan resiko terjadinya anafilaksis lebih
kecil.
Indikasi :
Pengganti volume plasma atau protein pada
keadaan syok hipovolemia, hipoalbuminemia, atau hipoproteinemia, operasi,
trauma, cardiopulmonary bypass, hiperbilirubinemia, gagal ginjal akut,
pancretitis, mediasinitis, selulitis luas dan luka bakar. Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory Distress
Syndrome). Pasien dengan hipoproteinemia dan ARDS diterapi dengan albumin dan
furosemid yang dapat memberikan efek diuresis yang signifikan serta penurunan
berat badan secara bersamaan.
Kontraindikasi :
Gagal jantung, anemia berat.
HES (Hydroxyetyl Starches)
Komposisi :
Starches tersusun atas 2 tipe polimer glukosa, yaitu amilosa dan amilopektin.
Indikasi :
Penggunaan HES pada resusitasi post trauma
dapat menurunkan permeabilitas pembuluh darah, sehingga dapat menurunkan resiko
kebocoran kapiler.
Kontraindikasi :
Cardiopulmonary bypass, dapat meningkatkan
resiko perdarahan setelah operasi, hal ini terjadi karena HES berefek
antikoagulan pada dosis moderat (>20 ml/kg).
3.
TUJUAN
Tujuan terapi intravena adalah:
1. Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh
yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat
dipertahankan melalui oral.
2. Mengoreksi dan
mencegah gangguan cairan dan elektrolit
3. Memperbaiki
keseimbangan asam basa
4. Memberikan tranfusi
darah
5. Menyediakan medium
untuk pemberian obat intravena
6. Membantu pemberian
nutrisi parenteral
4. INDIKASI
1. Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP),
yang memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam IV
2. Keadaan ingin
mendapatkan respon yang cepat terhadap pemberian obat
3. Klien yang mendapat terapi obat dalam dosis
besar secara terus-menerus melalui IV
4. Klien yang
mendapat terapi obat yang tidak bisa diberikan melalui oral atau intramuskuler
5. Klien yang membutuhkan
koreksi/pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
6. Klien yang sakit akut
atau kronis yang membutuhkan terapi cairan
7. Klien yang mendapatkan
tranfusi darah
8. Upaya
profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar
dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika
terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
9. Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang
tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam
nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat
dipasang jalur infus.
5. KONTRA
INDIKASI
Infus dikontraindikasikan pada daerah:
1. Daerah yang memiliki
tanda-tanda infeksi, infiltrasi atau trombosis
2. Daerah yang berwarna
merah, kenyal, bengkak dan hangat saat disentuh
3. Vena di bawah
infiltrasi vena sebelumnya atau di bawah area flebitis
4. Vena yang sklerotik
atau bertrombus
5. Lengan dengan pirai arteriovena atau
fistula
6. Lengan yang mengalami edema, infeksi,
bekuan darah, atau kerusakan kulit
7. Lengan pada sisi yang mengalami mastektomi
(aliran balik vena terganggu)
8. Lengan yang mengalami luka bakar
Daftar Pustaka
Bongard
F.S., Sue D.Y., Vintch J.R., 2008. Current Diagnosis and Treatment Critical
Care Third Edition. McGraw Hill.
Brenner
M., Safani M., 2005. Critical Care and Cardiac Medicine. Current Clinical
Strategies Publishing.
Carpenter
D.O., 2001. Handbook of Pathophysiology. Springhouse Corporation.
Singer
M., Webb A.R., 2005. OxfordHandbook of Critical Care 2nd Edition. Oxford
University Press Inc.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar