CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Halaman

Sabtu, 13 April 2013

TERAPI INTRAVENA

1.     DEFINISI
Terapi intravena adalah suatu tindakan yang dilakukan dengan cara memasukkan cairan, elektrolit, obat intravena dan nutrisi parenteral ke dalam tubuh melalui intravena. Tindakan ini sering merupakan tindakan life saving seperti pada kehilangan cairan yang banyak, dehidrasi dan syok, karena itu keberhasilan terapi dan cara pemberian yang aman diperlukan  pengetahuan dasar tentang keseimbangan cairan dan elektrolit serta asam basa.
2.     MACAM –MACAM LARUTAN UNTUK TERAPI INTRAVENA
a.      Cairan/larutan yang digunakan dalam terapi intravena berdasarkan osmolalitasnya ·         1. Isotonik
Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas sama atau mendekati osmolalitas plasma. Cairan isotonik digunakan untuk mengganti volume ekstrasel, misalnya kelebihan cairan setelah muntah yang berlangsung lama. Cairan ini akan meningkatkan volume ekstraseluler. Satu liter cairan isotonik akan menambah CES  1 liter. Tiga liter cairan isotonik diperlukan untuk mengganti 1 liter darah yang hilang.
Contoh:
·       NaCl 0,9 %
·       Ringer Laktat
·       Komponen-komponen darah (Alabumin 5 %, plasma)
·       Dextrose 5 % dalam air (D5W)
Dextrose5 % dalam air (D5W)
Kegunaan :
Cairan ini digunakan untuk mengganti volume ekstrasel, misalnya kelebihan cairan setelah muntah yang berlangsung lama.

Indikasi :
 Sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi selama dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin kurang dari 25 mg/100ml).
Kontraindikasi :       Hiperglikemia.
2. Hipotonik
Suatu cairan/larutan yang memiliki osmolalitas lebih kecil daripada osmolalitas plasma. Tujuan cairan hipotonik adalah untuk menggantikan cairan seluler, dan menyediakan air bebas untuk ekskresi sampah tubuh.  Pemberian cairan ini umumnya menyebabkan dilusi konsentrasi larutan plasma dan mendorong air masuk ke dalam sel untuk memperbaiki keseimbangan di intrasel dan ekstrasel, sel tersebut akan membesar atau membengkak. Perpindahan cairan terjadi dari kompartemen intravaskuler ke dalam sel. Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan risiko peningkatan TIK. Pemberian cairan hipotonik yang berlebihan akan mengakibatkan:
1.      Deplesi cairan intravaskuler
2.      Penurunan tekanan darah
3.      Edema seluler
4.      Kerusakan sel
Karena larutan ini dapat menyebabkan komplikasi serius, klien harus dipantau dengan teliti.
Contoh:
·          dextrose 2,5 % dalam NaCl 0,45 %
·          NaCl  0,45 %
·          NaCl 0,2 %

3.     Hipertonik
Suatu cairan/larutan yang  memiliki osmolalitas lebih tinggi daripada osmolaritas plasma. Pemberian larutan hipertonik yang cepat dapat menyebabkan kelebihan dalam sirkulasi dan dehidrasi. Perpindahan cairan dari sel ke intravaskuler, sehingga menyebabkan sel-selnya mengkerut. Cairan ini dikontraindikasikan untuk pasien dengan penyakit ginjal dan jantung serta pasien dengan dehidrasi.
Contoh:
·          D 5% dalam saline 0,9 %
·          D 5 % dalam RL
·          Dextrose 10 % dalam air
·          Dextrose 20 % dalam air
b.     Pembagian cairan/larutan berdasarkan tujuan penggunaannya:               
1.     Nutrient solution
Berisi karbohidrat ( dekstrose, glukosa, levulosa) dan air. Air untuk menyuplai kebutuhan air, sedangkan karbohidrat untuk kebutuhan kalori dan energi. Larutan ini diindikasikan untuk pencegahan dehidrasi dan ketosis.
Contoh:
·            D5W
·            Dekstrose 5 % dalam 0,45 % sodium chloride
2.        Electrolyte solution
Berisi elekrolit, kation dan anion. Larutan ini sering digunakan untuk larutan hidrasi, mencegah dehidrasi dan koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
Contoh:
·          Normal Saline (NS)
·          Larutan ringer (sodium, Cl, potassium dan kalsium)
·          Ringer Laktat /RL (sodium, Cl, Potassium, Kalsium dan laktat)
Normal Saline
Kegunaan :
Larutan ini sering digunakan untuk larutan hidrasi, mencegah dehidrasi dan koreksi ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
Indikasi :
a.      Resusitasi
Pada kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh darah bocor, diikuti oleh keluarnya molekul protein besar ke kompartemen interstisial, diikuti air dan elektrolit yang bergerak ke intertisial karena gradien osmosis. Plasma expander berguna untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang pada intravaskuler.
b.     Diare
Kondisi diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak, cairan NaCl digunakan untuk mengganti cairan yang hilang tersebut.
c.      Luka Bakar
Manifestasi luka bakar adalah syok hipovolemik, dimana terjadi kehilangan protein plasma atau cairan ekstraseluler dalam jumlah besar dari permukaan tubuh yang terbakar. Untuk mempertahankan cairan dan elektrolit dapat digunakan cairan NaCl, ringer laktat, atau dekstrosa.
d.     Gagal Ginjal Akut
Penurunan fungsi ginjal akut mengakibatkan kegagalan ginjal menjaga homeostasis tubuh. Keadaan ini juga meningkatkan metabolit nitrogen yaitu ureum dan kreatinin serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemberian normal saline dan glukosa menjaga cairan ekstra seluler dan elektrolit.
Kontraindikasi :
Hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan pengawasan ketat pada CHF, insufisiensi renal, hipertensi, edema perifer dan edema paru..
3.        Alkalizing solution
Untuk menetralkan asidosis metabolik
Contoh : Ringer Laktat /RL
4.        Acidifying solution
Untuk menetralkan alkalosis metabolik
Contoh :
·            Dekstrose 5 % dalam NaCl 0,45 %
·            NaCl 0,9 %
5.        Blood volume expanders
Digunakan untuk meningkatkan volume darah karena kehilangan darah/plasma dalam jumlah besar. (misal: hemoragi, luka baker berat)
Contoh :
·            Dekstran                                    
·            Plasma
·            Human Serum Albumin
Dekstran
Komposisi :
dextran tersusun dari polimer glukosa hasil sintesis dari bakteri Leuconostoc mesenteroides, yang ditumbuhkan pada media sukrosa.

Indikasi :
Penambah volume plasma pada kondisi trauma, syok sepsis, iskemia miokard, iskemia cerebral, dan penyakit vaskuler perifer. Mempunyai efek anti trombus, mekanismenya adalah dengan menurunkan viskositas darah, dan menghambat agregasi platelet. Pada suatu penelitian dikemukakan bahwa dextran-40 mempunyai efek anti trombus paling poten jika dibandingkan dengan gelatin dan HES.
Kontraidikasi :
pasien dengan tanda-tanda kerusakan hemostatik (trombositopenia, hipofibrinogenemia), tanda-tanda gagal jantung, gangguan ginjal dengan oliguria atau anuria yang parah.

c.      Pembagian cairan lain adalah berdasarkan kelompoknya:
1.        Kristaloid
Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan segera.
Contoh: Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
Ringer-Laktat
Kegunaan:
 keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah komposisi elektrolit dan konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan ekstraseluler. Natrium merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik. Klorida merupakan anion utama di plasma darah. Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan berfungsi untuk konduksi saraf dan otot. Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik termasuk syok perdarahan.
Indikasi :
mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat metabolisme anaerob.
Kontraindikasi :
hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat.
2.        Koloid
Ukuran molekulnya (biasanya protein) cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah.
Contoh: albumin, HES dan steroid.
Albumin
Komposisi :
Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah protein 69-kDa yang dimurnikan dari plasma manusia (cotoh: albumin 5%).
Kegunaan :
Albumin merupakan koloid alami dan lebih menguntungkan karena : volume yang dibutuhkan lebih kecil, efek koagulopati lebih rendah, resiko akumulasi di dalam jaringan pada penggunaan jangka lama yang lebih kecil dibandingkan starches dan resiko terjadinya anafilaksis lebih kecil.
Indikasi :
Pengganti volume plasma atau protein pada keadaan syok hipovolemia, hipoalbuminemia, atau hipoproteinemia, operasi, trauma, cardiopulmonary bypass, hiperbilirubinemia, gagal ginjal akut, pancretitis, mediasinitis, selulitis luas dan luka bakar. Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Pasien dengan hipoproteinemia dan ARDS diterapi dengan albumin dan furosemid yang dapat memberikan efek diuresis yang signifikan serta penurunan berat badan secara bersamaan.
Kontraindikasi :
Gagal jantung, anemia berat.
HES (Hydroxyetyl Starches)
Komposisi :
Starches tersusun atas 2 tipe polimer glukosa, yaitu amilosa dan amilopektin.
Indikasi :
Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat menurunkan permeabilitas pembuluh darah, sehingga dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler.
Kontraindikasi :
Cardiopulmonary bypass, dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah operasi, hal ini terjadi karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (>20 ml/kg).
3.        TUJUAN
Tujuan terapi intravena adalah:
1.    Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak dan kalori yang tidak dapat dipertahankan melalui oral.
2.      Mengoreksi dan mencegah  gangguan cairan dan elektrolit
3.      Memperbaiki keseimbangan asam basa
4.      Memberikan tranfusi darah
5.      Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena
6.      Membantu pemberian nutrisi parenteral
4.            INDIKASI
1.  Keadaan emergency (misal pada tindakan RJP), yang memungkinkan pemberian obat langsung ke dalam IV
2.   Keadaan ingin mendapatkan respon yang cepat terhadap pemberian obat
3.  Klien yang mendapat terapi obat dalam dosis besar secara terus-menerus melalui IV
4. Klien yang mendapat terapi obat yang tidak bisa diberikan melalui oral atau intramuskuler
5.   Klien yang membutuhkan koreksi/pencegahan gangguan cairan dan elektrolit
6.   Klien yang sakit akut atau kronis yang membutuhkan terapi cairan
7.   Klien yang mendapatkan tranfusi darah
8. Upaya profilaksis (tindakan pencegahan) sebelum prosedur (misalnya pada operasi besar dengan risiko perdarahan, dipasang jalur infus intravena untuk persiapan jika terjadi syok, juga untuk memudahkan pemberian obat)
9.  Upaya profilaksis pada pasien-pasien yang tidak stabil, misalnya risiko dehidrasi (kekurangan cairan) dan syok (mengancam nyawa), sebelum pembuluh darah kolaps (tidak teraba), sehingga tidak dapat dipasang jalur infus.

5. KONTRA INDIKASI
Infus dikontraindikasikan pada daerah:
1.      Daerah yang memiliki tanda-tanda infeksi, infiltrasi atau trombosis
2.      Daerah yang berwarna merah, kenyal, bengkak dan hangat saat disentuh
3.      Vena di bawah infiltrasi vena sebelumnya atau di bawah area flebitis
4.      Vena yang sklerotik atau bertrombus
5.      Lengan dengan pirai arteriovena atau fistula
6.      Lengan yang mengalami edema, infeksi, bekuan darah, atau kerusakan kulit
7.      Lengan pada sisi yang mengalami mastektomi (aliran balik vena terganggu)
8.      Lengan yang mengalami luka bakar

   
   













Daftar Pustaka

Bongard F.S., Sue D.Y., Vintch J.R., 2008. Current Diagnosis and Treatment Critical Care Third Edition. McGraw Hill.
Brenner M., Safani M., 2005. Critical Care and Cardiac Medicine. Current Clinical Strategies Publishing.
Carpenter D.O., 2001. Handbook of Pathophysiology. Springhouse Corporation.
Singer M., Webb A.R., 2005. OxfordHandbook of Critical Care 2nd Edition. Oxford University Press Inc.













Tidak ada komentar:

Posting Komentar